Minggu, 07 April 2013

Superteam Marketing Finna


Berawal dari produk kerupuk
udang, Finna mengekstensi
mereknya ke kategori bumbu
masak, sambal, dan makanan
ringan. Sejumlah penghargaan
diraih merek yang dibesarkan
dari industri rumahan itu. Kunci
suksesnya superteam, bukan
superman.
Tim Finna
Bermula dari usaha rumahan di
Sidoarjo, Jawa Timur, kini Finna—
brand produk kerupuk udang,
meroket di kancah nasional.
Sejumlah penghargaan disabet
Finna, mulai dari Champion Brand
dari MarkPlus, penghargaan
sebagai Unit Pengolahan Ikan
terbaik 2012 (dalam penerapan
sistem mutu) se-Jawa Timur, Top
Original Brands Global dan World
Class Quality Achievement–5 Stars
Quality Product 2012, keduanya
dari Majalah SWA.
Sukses Finna merebut pangsa
pasar di Tanah Air dan meraih
pengakuan dari pihak ketiga lewat
pencapaian-pencapaian itu tak
lepas dari berbagai upaya
pembenahan yang dilakukan
manajemennya. Pembenahan
tersebut antara lain di bidang
produksi, Research and
Develpoment, Quality Control, dan
perencanaan pemasaran dan
penjualan yang matang lewat
formulasi srateginya. Karena
menurut Verena Ersa Yuwono,
Product Executive dan Export
Marketing Staff Finna, sebaik apa
pun produk yang dimilikinya, jika
tidak ada strategi pemasaran dan
penjualan, maka pencapaian
hasilnya tidak akan maksimal.
Mengingat strategisnya fungsi
pemasaran dan penjualan, Verena
lalu menegaskan pentingnya
orang-orang yang qualified dan
memiliki jiwa sales dan
marketing untuk menempati
posisi di divis tersebut.
Menurut Verena, untuk
mengembangkan pasar, Finna
terus bergerilya ke kota-kota besar
di Indonesia: Sidoarjo, Malang,
Semarang, Jakarta, Bandung, dan
Bali. Tak hanya itu, merek yang
diproduksi oleh PT Sekar Laut Tbk.
sejak 1966 itu melakukan
ekstensifikasi produk ke kategori
seasoning (bumbu masak instan)
seperti saos tomat, sambal, saos
sukiyaki, dan bumbu ayam goreng;
berbagai macam kacang-kacangan;
beragam sambal siap saja seperti
sambal terasi, sambal bawang,
sambal ijo, sambal uleg dan
sambal serba guna; produk
makanan ringan, roti, dan
sebagainya.
Sukses pengembangan pasar Finna
di pasar nasional—bahkan
kemudian menembus pasar
ekspor, ini, menurut Ersa, antara
lain karena diantarkan oleh tiga
tim marketing & sales-nya, yaitu
Tim Marketing Lokal, Tim
Marketing Ekspor, dan Tim Sales.
Di Tim Marketing Lokal, katanya,
Finna memiliki Frits Donald
Wawointana di posisi Marketing
Manager Assistant yang
bertanggung jawab pada
peluncuran produk baru,
merancang strategi marketing,
hingga market development; lalu
ada pula Efrida Gieneroza selaku
Product Executive yang
bertanggung jawab atas product
life cycle, product diffrentiation,
hingga event; Verena Ersa Yuwono
selaku Product Executive dan
Export Marketing Staff yang
bertanggung jawab atas pricing
policy, product development,
market research , hingga export
marketing ; lalu ada David Stefen
sebagai staf marketing yang
menangani kegiatan marketing
communication Finna; dan
Darren James Sunogo sebagai staf
marketing yang bertanggung jawab
atas supporting new product
serta supporting market
development.
Sementara itu, di Tim Marketing
Ekspor, ada Welly Gunawan yang
menjabat Export Manager
sekaligus Vice General Manager.
Ia bertanggung jawab meng-
handle segala sesuatu tentang
export marketing, strategi
penetapan harga, perluasan
wilayah ekspor, hingga mencari
buyer baru. Welly dibantu oleh
Welliam Cung selalu Marketing
Export Staff yang bertugas
mendukung export manager,
membantu administrasi dan
penjadwalan ekspor, serta
korespondensi dengan buyer.
Dalam Tim Sales, ada Erni Juliana
selaku Business Development
Manager yang bertanggung jawab
atas pengembangan produk baru,
serta Vondylia Fortunata selaku
Key Product Executive yang
bertugas membantu
mengembangkan produk baru.
Seluruh tim, kata Ersa, rutin
berkoordinasi. “Minimal satu
minggu sekali. Obyektifnya untuk
me- review dan melakukan
reporting hasil kinerja selama
satu minggu terakhir. Termasuk,
meng- update perkembangan
market.”
Melalui koordinasi tersebut
diharapkan dapat tercipta sebuah
strategi marketing yang jitu
sekaligus berkesinambungan.
Diyakini Ersa, program marketing
terintegrasi merupakan kunci
suskes Finna dalam merangsek
pasar.
Ersa lalu memaparkan program-
program marketing yang pernah
diselenggarakannya, mulai dari
event Cooking Demo yang
mengundang principal dari luar
negeri dan menonjolkan chef hot
kitchen dan pastry yang dimiliki;
Open Booth di Mall dan kegiatan-
kegiatan outdoor; Gebyar Pasar
untuk launching produk; ikut
serta dalam pameran-pameran
seperti Food Hotel Indonesia dan
Food Hotel Tourism di Bali;
advertising di radio, koran,
majalah, tabloid, dan flyer ;
merchandising; sales promotion
seperti bundling product dan
program hadiah langsung;
sponsorship ; hingga digital
marketing melalui Website,
Facebook, dan Twitter.
“Saat ini, kami juga sedang
melaksanakan program marketing
untuk memperkenalkan produk
baru kami merek Uleg. Berbagai
campaign sudah dilakukan,
seperti advertising di koran,
billboard, iklan radio dan Website,
hingga below the line strategy,”
Ersa menerangkan.
Sukses Finna juga tak lepas dari
kekompakan tim yang terhitung
masih muda-muda. Bagi Ersa,
kekompakan tersebut terbangun
berkat atmosfer kebersamaan dan
open minded people. “Kritik dan
saran sangat kami hargai untuk
menciptakan tim yang solid. Kami
berusaha untuk membuat suasana
pertemanan yang kental, namun
tetap profesional dalam bekerja,”
ia menambahkan.
Keterbukaan dan kebiasaan
menciptakan ide-ide baru nan
segar juga menjadi budaya kerja
tim Finna. Seluruh anggota tim
pemasaran dan penjualan Finna,
katanya, mengoptimalkan
kegiatannya untuk mencari ide-ide
segar bagi pengembangan
perusahaan. Karena ide kreatif,
lanjutnya, bisa muncul kapan saja,
di mana saja, dan pada saat apa
saja. Bisa jadi pada saat melihat
sesuatu yang unik di pinggir jalan,
mencermati iklan, hingga saat
browsing di internet. Untuk
mencetak ide-ide segar ini,
katanya, Finna seringkali juga
melakukan kunjungan ke lapangan
(ke pasar tradisional dan modern);
melakukan panel test and
sampling ; menggelar consumer
survey secara kualitatif maupun
secara kuantitatif dengan
menyebar kuesioner; hingga
membuat team discussion dan
evaluasi.
Sementara itu, untuk marketing
ekspor, ide kreatif untuk
melakukan inovasi baru biasanya
diperoleh dari saran dan masukan
para buyer. “Dari diskusi dengan
pihak buyer, biasanya kami
mendapat banyak poin tentang
buyer preferences terhadap
program promosi dan juga new
product development. Kami juga
sering mengikuti pameran-
pameran. Selain untuk
memasarkan produk Finna, di
pameran kami juga mengamati
produk-produk dan strategi
kompetitor,” lanjutnya.
Meski kompak, bukan berarti tim
tidak pernah menjumpai kendala.
Diuraikan Ersa, kendala yang
dihadapi biasanya seputar
perbedaan persepsi dalam
memutuskan program mana yang
harus menjadi prioritas, dan mana
yang harus atau tidak harus
dijalankan. Sebab, hal itu
menyangkut proporsi budget
tahunan yang harus dilaporkan
dan dipertanggungjawabkan
kepada pihak management.
Beruntung, perbedaan persepsi
tersebut selalu dapat diatasi,
hingga tak harus berujung pada
konflik yang berkepanjangan.
Kunci penyelesaiannya, menurut
Ersa, adalah keterbukaan antara
satu sama lain. Untuk membangun
suasana kebersamaan, lanjutnya,
seluruh anggota tim didorong
untuk melakukan komunikasi
secara intensif, baik secara formal
dalam rapat dan diskusi, maupun
juga informal lewat kegiatan
besama di luar kantor seperti out
bond, makan bersama, karaoke
dan nonton bareng.
“Cara-cara seperti itu sangat
efektif dalam membangun
keterbukaan dalam tim. Bagi kami,
hal utama yang harus dilakukan
adalah membangun suasana
nyaman dalam bekerja sama.
Apabila suasana nyaman itu sudah
terbentuk, niscaya masalah kecil
maupun besar  bisa
dikomunikasikan dalam jalur
kebersamaan,” ujar Ersa yang
menyebutkan sukses Finna ini
karena mengutamakan mindset
Superteam, bukan Superman.
Dengan prestasi sejauh ini, Ersa
masih memiliki sejumlah target, di
antaranya target membawa brand
Finna lebih meng-Indonesia dan
mendunia lewat strategi-strategi
pemasaran yang unik dan tepat
sasaran. “We gonna make Finna to
be the ‘ TOP of Mind’ Brand,”
katanya menutup wawancara.